Minggu, 02 Mei 2010

no body is perfect

“Vin,Vin, bangun udah siang nih !” ucap mamah sambil menggoyang-goyangkan tubuh Vina dan menarik selimut Vina.
“apaan sih mah ? masih ngantuk nih.”
“astaghfirullah, kamu tuh udah nggak saur, nggak solat subuh, bangun siang lagi ! tidur jam berapa kamu semalam ?”
“ jam setengah tiga mah” kata Vina sambil menarik selimutnya kembali.
“ MasyaAllah,, sekarang cepat kamu mandi atau mama seret kamu !” bentak mamah.
“ia, ia, nih aku mandi.” Jawab Vina dan ia langsung menuju kamar mandi.
Mamah hanya bisa istighfar melihat sikap Vina yang belakangan ini sangat aneh. Kejadian ini bermula saat Vina bersilaturahmi kerumah Santi, kakak Rangga yang juga sahabat Vina waktu ia di pesantren saat ia kelas 1 SMP. Rangga adalah seorang cowok yang sangat berwibawa, rajin beribadah, mempunyai wajah yang tampan dan juga berprestasi dia hanya beda satu tahun lebih dewasa dari Vina. Rumahnya cukup jauh, Rangga tinggal di Bogor dan Vina di kota Jakarta.
“ kenalin aku Rangga” ucap Rangga saat Vina sedang duduk sendirian di ruang tamu rumah Rangga karena kak Santi sedang keluar rumah.
“aku Vina, kamu adiknya kak Santi ?”
“ia, tunggu yya kak Santi lagi keluar sebentar, katanya sih mau belanja ke pasar.”
Vina tidak mendengar kata-kata Rangga, ia terus memperhatikan wajah Rangga dan ia benar-benar terpesona dengan ketampanan wajah Rangga. Malam harinya Rangga menelpon Vina dan hal itu membuat Vina benar-benar tak percaya, tapi inilah “CINTA” batinnya selalu berkata seperti itu, hampir setiap hari Vina memikirkan Rangga, sampai waktunya hanya habis terbuang sia-sia.
Vina adalah seorang murid kelas 2 SMP yang berparas sangat menarik. Banyak cowok yang tertarik padanya namun tak ada satupun yang ia tanggapi. Hanya Rangga lah satu-satunya cowo yang membuat ia tergila-gila sampai ia melupakan dan mengorbankan segalanya.
***
“Ressssyyyaaa, gue semalem nggak saur.” ucap Vina yang tiba-tiba datang di hadapan Resya.
“ya ampun, ngagetin aja deh ! terus lo puasa nggak ?” Tanya Resya.
“nah itu masalahnya, kata papa gue, gue harus puasa karena gue udah remaja” kata Vina.
“lha itu tau ! masalahnya apa ?” Tanya Resya lagi.
“gue laper, hehehe” jawab Vina sambil nyengir.
“ huh, dasar ! kebiasaan lo nggak puasa kalo nggak saur.” Kata Resya.
Saat itu suasana kelas tidak terlalu ramai karena hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah di bulan puasa. Guru pelajaran pertama pun belum juga menampakkan batang hidungnya walaupun bel masuk sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu.
“ Vin emang kenapa lo nggak saur ? kesiangan ? mau gue beliin makanan nggak ?” Tanya Rifal salah satu teman sekelas Vina yang juga menyukai Vina.
“ bukan urusan lo, nggak perlu !” jawab Vina dengan ketus dan meninggalkan Rifal keluar kelas dan menemui Resya.
“galak banget sih lo Vin, nggak boleh gitu tauk ! “ ucap Resya
“ya abisnya gue kesel, ngapain dia nanya-nanya ? udah jelek, bodoh, nyebelin lagi!” jawab Vina sambil jalan menuju pintu kelas.
“ terserah lo deh ! eh emang kenapa sih lo nggak saur ?”
“semalem gue mikirin dia terus Res, nggak tau kenapa yang ada dipikiran gue cuma dia doang.”
“ sepele banget sih.”
“ ia gue tauk, eh tapi, gue seneng banget bisa kenal dia” ucap Vina kepada sahabatnya itu dengan perasaan yang tiba-tiba berubah menjadi bahagia.
“ya gue juga ikut seneng sih, akhirnya ada juga cowok yang buat lo jatuh hati.”
“ makasih ya res, gue juga nggak tau kenapa gue bisa suka sama dia cuma gue ngerasa dia tuh cowo yang paling sempurna , perfect banget buat gue, dia tampan, cerdas, kreatif, aktif dalam organisasi, tajir, pokoknya the best !” cerita Vina.
“ hush,, jangan ngomong gitu, manusia itu tidak ada yang sempurna. Hanya Tuhan lah yang Maha sempurna.” Kata Resya menasehati.
“alaahh,, whatever!! What should I care ? hahaha” balas Vina dengan tertawanya yang keras.
***
Malam hari kemenangan pun telah tiba, kumandang takbir bergema di mana-mana , namun Vina hanya duduk termenung di teras depan rumahnya memegang handphone dengan raut wajah yang sangat berharap.
“ kenapa sih dia nggak sms gue ?” batinnya selalu bertanya , ia berharap Rangga mengucapkan “ Selamat Hari Raya Idul Fitri” walaupun hanya lewat sms.
Senyuman indah darimu
Betapa tercermin keikhlasanmu
Raut wajah yang selalu berseri
Seolah menyimpan makna tersendiri
Mengapa ia hanya memberi harapan padaku ?
Ingin sekali aku terbebas dari rasa ini.

Vina hanya membuang-buangkan waktunya untuk menangis diatas buku biru yang selalu menjadi teman curhatnya saat ia teringat dengan Rangga, ia selalu berharap Rangga memberinya perhatian lebih. Namun, itu hanya sebuah harapan yang tidak akan mungkin menjadi kenyataan karena Rangga berjanji tidak akan berpacaran sebelum ia menggapai cita-citanya.
***
Tak terasa Rangga telah lulus SMP dan ia memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke kota Jakarta karena ia ingin membuat kejutan untuk Vina.

“assalamu’alaikum” sapa Rangga kepada Vina lewat telpon
“wa’alaikumsalam, Rangga gimana kabarnya ? sekarang sekolah dimana ?”
“Alhamdulillah baik, hhmmm coba tebak dimana ?”
“dimana sih ? di jawa tengah ?”
“bukan, aku nggak jadi disana, aku sekolah di SMAN 8 Jakarta, sekarang aku pengen ketemu kamu.”
“hah ? serius kamu ? mau ketemu dimana ?.”
“iia aku serius, gimana kalau aku kerumah kamu sekarang ?”
“jangan, dirumah ada papah aku, nggak boleh ada cowok kerumah kata papah.”
“oohh,, yawdah kita ketemu di tempat lain aja gimana ?”
“aduuhh,, maaf yya aku juga nggak boleh keluar malam sama papah kalau nggak ada temannya,”
“nggak apa-apa kok, aku bisa ngerti. Assalamu’alaikum.”
“wa’alaikumsalam”

Rangga sangat kecewa dengan keputusan Vina yang tidak ingin menemuinya karena berbagai alasan padahal Rangga sudah berusaha bersekolah di Jakarta agar bertemu dengannya, hal itu membuat sikap Rangga terhadap Vina berubah sedikit demi sedikit.
Keesokan harinya Vina bertanya tentang Rangga kepada Silvi karena Silvi satu sekolah dengan Rangga yaitu di SMAN 8 Jakarta. Silvi adalah teman mainnya dari kecil.

“Sil, lo kenal sama Rangga nggak ?” Tanya Vina suatu hari kepada Silvi.
“Rangga yang mana ?”
“yang satu sekolah sama lo, tapi gue nggak tau dia kelas sepuluh apa.”
“oohh,, Muhammad Rangga Ramadhan yang putih, tinggi itu ?”
“ia, lo tauk ?”
“yya tauklah, dia satu ekskul sama gue, emang kenapa ? lo suka sama dia?.”
“ nggak kok cuma nanya doang. Thanks yya.”
“ yya sama-sama.”

Saat Silvi masuk sekolah dia langsung menghampiri Rangga dan bertanya-tanya tentang Vina kepadanya, ternyata tanpa sepengatahuan Vina, Silvi melarang Rangga berteman dengan Vina. Diam-diam Silvi juga menyukai Rangga dan berusaha menghancurkan hubungan pertemanan Vina dan Rangga.

“ gue cuma mau ngasih tau lo aja, Vina itu udah punya cowo, malahan cowonya tuh banyak banget.” Kata Silvi saat menghasut Rangga.
“masa sih ? gue rasa Vina bukan perempuan yang seperti itu.”
“ yya terserah lo aja sih mau percaya atau nggak, gue cuma kasian sama lo” ucap Silvi dan langsung meninggalkan Rangga.

Rangga memang tak begitu percaya dengan kata-kata Silvi saat itu, tapi tidak sampai disitu saja Silvi berusaha mempengaruhi Rangga, hampir setiap hari ia ke kelas Rangga hanya untuk menjelek-jelekkan sahabatnya sendiri.
Semanjak Rangga SMA perilakunya mulai berubah. Ia tidak lagi berprestasi, tidak lagi mengingat cita-citanya, dan dia juga sudah melupakan Vina.
***
Dua tahun kemudian Vina lulus SMP dan ia akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Jakarta bersama dengan Resya sahabatnya sewktu SMP. Sebenarnya ia ingin sekali satu sekolah dengan Rangga tetapi ia tidak diterima karena nilainya kurang. Hal itu terjadi karena ia terlalu sibuk memikirkan Rangga padahal Rangga sama sekali sudah tidak peduli lagi padanya.

“Vin, besok kamu datang yya di acara talkshow di Universitas Indonesia yang di salemba, kamu mewakili SMA kita, jam 8 yya” kata salah seorang guru Vina.
“yya, emang temanya apa bu ? sama Resya yya bu ?”
“tentang asiknya dunia menulis, ada lomba nasyidnya juga kok, ya nggak apa-apa.”

Keesokan harinya…
“Vin, kita dispend nih ?”
“ iia, Res,nggak apa-apa kan ?”
“nggak apa-apa kok Vin, malahan gue seneng jadi nggak belajar. Hehehe”
“yyya sama gue juga,, hahaha” mereka pun tertawa bersama.
Ketika sampai di UI, mereka duduk paling depan. Beberapa jam kemudian Vina merasa bosan dan mengajak Resya keluar aula. Jam duabelas pun tiba Resya langsung bergegas ke masjid untuk melaksanakan solat dzuhur.

“ udah adzan nih, solat yuk vin?” ajak Resya kepada Vina.
“nggak ah males, lo aja sana”
“ masyaAllah Vin, yawdah lo ikut gue aja, lo nggak uasah solat kalo nggak mau.”
“yawdah deh ayo.” Sambil mengeluh kesal.

Saat Resya solat, tiba-tiba diluar Vina melihat Rangga dari kejauhan bersama teman-temanya, dia sangat senang karena sudah tiga tahun ia tidak bertemu dengan Rangga, dia langsung menghampiri dan menegornya.

“Rangga, gimana kabar kamu ?”
“maaf, kamu siapa ?”

Seperti tersayat pisau hati Vina sangat perih, ia tidak menyangka Rangga sudah tidak menganggapnya lagi, seseorang yang dulu sangat ia banggakan kini tidak mengenalnya lagi. Vina langsung berlari menuju masjid, sambil menangis ia menghapiri Resya dan memeluknya.

“Vin, lo kenapa ?” Tanya Resya yang terkejut dengan kedatangan Vina.

Vina tidak menjawab pertanyaan Resya, dia hanya menangis sesegukan di bahunya Resya. Sampai di aula pun ia masih menangis, ia terus mengingat kejadian itu.
Acara nasyid pun dimulai, bintang tamunya adalah The Fikr, dan menyanyikan lagu dengan judul “CINTA”.

Mencintai dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Kadang ceria, kadang merana itulah rasa cinta

Berlindunglah pada Allah dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling darinya
Menipu daya dan melenakan sadarilah wahai kawan

Cinta adalah karuniaNya bila di jaga dengan sempurna
Resah menyimpan gundah menjelma jika cinta tak di pelihara

Cinta pada Allah cinta yang hakiki
Cinta pada Allah cinta yang sejati
Berihkan diri gapailah cinta, cinta Ilahi

Lagu nasyid itu seolah menasehati Vina untuk kembali kejalan yang benar, ia sadar bahwa didunia ini tidak ada manusia yang sempurna bahkan seseorang yang rajin beribadah kepada Allah seperti Rangga pun masih punya kesalahan karena itulah yang membedakan antara makhluk dan penciptanya. Ia sadar seharusnya ia tidak mengorbankan semuanya hanya untuk cinta kepada manusia tetapi kepada sang Maha Mencintai yaitu Allah SWT.

Adzan ashar pun berkumandang, Vina langsung meninggalkan aula dan menuju ke masjid untuk mengambil wudhu dan solat ashar.

“ yya Allah, maafkanlah semua kesalahan hambaMu ini, hamba hanya manusia yang tak berdaya di hadapanMu, hanya Engkaulah Maha Pengasih dan Penyayang, hamba sadar dengan semua kesalahan yang hamba perbuat, bebaskanlah hamba dari cinta palsu ini yya Allah.” Ucap Vina sambil mengangkat kedua matanya dan menitikkan air mata.

Hari-hari Vina pun semakin baik semenjak kejadian itu, ia menyadari semua kesalahannya dan meminta maaf kepada semua orang yang telah ia sakiti, ia pun rajin solat dan mengaji. Dan Vina juga mulai bisa melupakan Rangga.