Selasa, 25 Desember 2012

lanjutan "begining of dreams"
#3#
SMA Bhakti Nusantara masih terlihat sepi, hanya ada beberapa murid yang datang lebih awal untuk menyalin tugas temannya. Ada juga yang hanya melamun di taman sekolah, seperti Dira. Saat ini pikirannya sedang kacau, walaupun tidak percaya dengan mimpi itu tetapi kata – kata Inne selalu terngiang di telinganya.
“Hari ini nggak ada PR kan Ra ?” Kedatangan Ami yang tiba – tiba membuyarkan lamunan Dira.
“Ng .. nggak ada kok. Ami, ngagetin aja deh.”
“Ya lo sih, pagi – pagi gini udah ngelamun, pantes aja banyak ayam yang mati.”
Ami mencoba menghibur Dira karena dia tau kalau Dira sedang memiliki masalah tetapi tidak ingin membicarakan masalahnya dengannya.
“Mi, ke kelas yuk. Udah bel tuh. Pelajaran pertama matematika loh.” Ajak Dira
“Iya bener. Ayo deh.” Ami dan Dira segera menuju kelas.
Pak Yohan adalah guru matematika tertegas yang ada di SMA Bhakti Husada, tidak ada yang berani masuk telat saat pelajaran dia apalagi sampai bolos. Untung saja Ami dan Dira datang sebelum Pak Yohan tiba dikelas.
“Cape juga ya lari – larian.” Kata Dira sambil memegang perutnya yang agak sakit akibat berlari tadi.
“Gak apa – apa, asal nggak dihukum sama Pak Yohan.”
Dira tidak menyadari kalau sedari tadi Ardi yang duduk tepat dibelakangnya sedang memperhatikannya.
“Pagi anak – anak.” Tiba – tiba Pak Yohan sudah di depan pintu
“Pagi pak.”
“Sekarang buka buku catatan kalian karena hari ini bapak akan menjelaskan sedikit tentang Logaritma ”
Sebenarnya Pak Yohan adalah guru yang baik, hanya saja ketegasannya membuat siswa menjadi takut, belum lagi dia memegang lulusan Universitas terbaik di Indonesia.
Latihan - latihan soal yang ia berikan pun sangat sulit karena ia tidak bergantung pada buku, maka tidak jarang dari tahun ke tahun setiap ulangan umum maupun harian muridnya mendapatkan nilai nol.
“Apakah ada yang ditanyakan ?” Kata Pak Yohan setelah menjelaskan.
Semua murid terdiam, suasana sangat hening. Mereka hanya berdo’a semoga kali ini bukan mereka yang mendapat giliran menjawab soal dari Pak Yohan karena setiap pertemuan pasti ada saja soal yang diberikan olehnya.
“Ok, kalau begitu saya yang akan bertanya.” Kata Pak Yohan kemudian.
Benar ternyata Pak Yohan telah menyiapkan beberapa soal untuk mereka, dan sudah mulai menulisnya di papan tulis. Beberapa murid terlihat tenang tetapi sebagian besar dari mereka sangat risau. Setelah menulis soal Pak Yohan mulai mencari murid yang akan mengerjakan soalnya itu.
“Siapa yang bisa mengerjakan soal ini.” Tanya Pak Yohan kepada semua murid yang kini menatapnya dengan tatapan seperti melihat hantu. Pak Yohan hanya tersenyum melihat murid – muridnya itu. Ada – ada saja mereka, soal semudah ini kok ditakuti !
“Saya Pak.” Seseorang yang sangat pemberani dan pintar tentunya, telah berbicara dengan sangat lantang sambil mengangkat tangan kanannya. Seluruh murid dikelas tersebut pun menatap kearahnya dengan penuh kekaguman.
“Ya, kamu silahkan. Siapa nama kamu ?” Pak Yohan mengernyitkan dahinya seperti sedang mencoba mengingat seseorang.
“Dira Pak.” Jawab Dira yang sudah ada didepan kelas. Ups, ternyata Dira sangat berani dan mungkin cukup pintar jika dia bisa mengerjakan soal dari Pak Yohan kali ini.
“Silahkan Dira.” Pak Yohan menyerahkan spidol hitam kepada Dira dan Dira mulai mengerjakannya.
Tak butuh waktu lama bagi Dira untuk mengerjakan soal yang di berikan oleh Pak Yohan. Ya Dira menyelesaikannya kurang dari tiga menit. Waw ! Semua anak tak menyangka, ternyata dibalik kekonyolannya Dira adalah anak yang cerdas. Ardi pun berpikiran seperti itu. Dia tidak menyangka orang yang selama ini dia anggap manja dan nyebelin ternyata mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa. Tidak sampai disitu Dira menunjukkan kemampuannya, setelah pelajaran matematika yaitu biologi. Dira pun dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh guru biologi.
*****
Wah Ra, lo pintar banget. Nggak nyangka gue.” Puji Ami ketika sedang makan dikantin.
Dira heran mengapa Ami tidak henti – hentinya memuji dirinya padahal menurutnya kejadian tadi adalah hal yang wajar.
“Biasa aja Mi, lo juga bisa kok kalau mau belajar.”
“Tapi sebelumnya tuh nggak ada yang bisa Ra. Itu soal susah banget. Eh apa jangan – jangan Pak Yohan udah pernah ngasih soal tadi waktu lo masih di X.1 ?”
“Oh jadi lo nggak percaya kalau tadi itu gue murni mikir sendiri ?” Dira mulai emosi karena dianggap mencontek.
“Nggak gitu juga sih. Maaf deh Ra, jangan marah ya. Gue percaya kok kalau sahabat gue ini memang pintar banget.” Ami mencoba membujuk Dira.
“Hahahaha kena deh, siapa juga yang marah sama lo. Itu sih hak lo mau percaya atau nggak. Tapi yang pasti Pak Yohan belum pernah masuk ke kelas gue soalnya minggu pertama anaknya sakit, minggu kedua orangtuanya meninggal, minggu ketiga sama keempat nggak tau deh.”
“Hei Ra, gimana dikelas barunya ? nyaman nggak ?” Tiba – tiba Inne datang dan langsung duduk disebelah Dira.
“Alhamdulillah Ne betah. Dikelas sepi ya nggak ada gue yang biasanya rame ?” Penyakit percaya diri Dira kambuh lagi.
“Yey, PD banget lo Ra. Eh tapi emang iya sih. Nggak rame Ra, apalagi sekarang si bule itu udah mulai nguasain kelas.” Ucap Inne sambil melihat sekeliling, ia takut tiba – tiba Laura datang dan menjambak rambutnya ( kayak di sinetron – sinetron ). Seolah bisa membaca pikiran Inne, Dira berbicara.
“Tenang aja Ra, nggak ada Laura kok. Lagian dia mana mau jajan ditempat kayak gini. Pastilah orang itu mah jajannya di mal, di cafe, dan tempat – tempat yang cuma ngejual junk food. Ya lo sabar aja Ne, orang kayak dia nggak akan bertahan lama disini, paling juga bentar lagi balik ke tempat asalnya. ”
“Kemana Ra ?” Tanya Inne penasaran.
“Ke neraka jahannam. Hahaha.” Dira dan Inne tertawa puas, sementara Ami yang daritadi diam hanya tersenyum.
“Ehem.” Ami pun mulai berdehem karena ia tidak mau dianggap tidak ada. “Eh sorry Mi, kalau udah ketemu Inne, gue pasti lupa apapun. Biasa Inne tuh bigos banget. Mi, ini Inne sahabat gue juga.”
“Inne.” Sambil mengulurkan tangannya.
“Ami.” Menyambut uluran tanga Inne dengan senyuman.
“Nah, karena kalian sahabat gue. Kalian juga harus bersahabat ya, biar nanti kalau kita galau, kita bisa curhat bareng – bareng. Hhm, kita juga bisa hangout bareng, bisa jalan bareng, bisa kemana – mana bareng, bisa ..”
“Diraaaaaa !” Ami dan Inne teriak bersamaan karena males mendengarkan ocehan Dira yang nggak penting itu.
“Hhehe iya deh sahabat – sahabat gue, maaf ya. Gue kelewat seneng sih.” Ucap Dira sambil nyengir nggak jelas.
“Dasar lo, emang nggak pernah sembuh penyakit cerewet lo. Eh gue masuk dulu ya, pelajaran Pak Yohan nih, kata anak – anak gurunya galak banget.” Kata Inne sambil bersiap pergi.
“Emang !” Jawab Dira dan Ami serentak.
Mereka pun tertawa bersama dan Inne segera menuju kelasnya. Setelah selesai menghabiskan makanan mereka, Dira dan Inne pun kembali ke kelasnya. Sekarang pelajaran fisika, ya walaupun gurunya nggak segalak Pak Yohan tapi Pak Dikdik cukup tegas dalam mendidik muridnya karena ia ingin semua muridnya tidak menganggap fisika itu sulit.
“Teman – teman, hari ini Pak Dikdik tidak masuk karena ada tugas keluar kota. Beliau memberikan tugas dan hari ini harus dikumpulkan.” Suara sang ketua kelas terdengar jelas dan sekretaris kelas pun langsung menulis soal yang diberikan oleh Pak Dikdik di papan tulis.
“Ra, soalnya susah ya. Jadi males gue ngerjainnya. Nggak usah dikerjain aja yuk.” Ami mencoba menghasut Dira, tetapi Dira hanya diam dan mengutak – atik soal tersebut. Karena bosen dengan Dira, Ami pun pergi mencari teman yang sependapat dengannya.
*****
Satu jam pelajaran Pak Dikdik sudah hampir habis dan Ami sudah berhasil menghasut sebagian anak – anak kelas.
“Ra, gimana sih ? ajarin gue dong.” Pinta Ikhsan yang duduk tepat dibelakang Dira.
“Semuanya San ? Nih liat aja yang gue.” Dira memberikan buku tugasnya kepada Ikhsan. “Fuihh, untunglah Ardi nggak ada ditempatnya, jadi hati gue nggak perlu cenat – cenut nggak jelas.” Ucap Dira dalam hati.
“San, gue dan sebagian anak – anak udah sepakat kalau ..” Suara Ami tiba – tiba berhenti ketika ia melihat Ikhsan sedang menyalin jawaban seseorang.
“Lo nyontek ke siapa San ?”
“Ke teman sebangku lo dodol.” Ikhsan menunjuk Dira dengan dagunya. Inne pun menatap Dira.
“Ternyata Dira pantang menyerah dan mau berusaha, bodoh banget gue selama ini mikir kayak gini.” Ucap Ami dalam hati.
“Eh, ngapain lo di kursi gue, minggir sana.” Suara Ardi membuyarkan lamunan Ami. “Iya, biasa aja dong.” Ami langsung kembali ke tempat duduknya.
Ardi heran karena Ikhsan sudah mengerjakan tugas fisika itu dengan jawaban yang cukup menyakinkan.
“Lo udah selesai bro ?” Tanya Ardi sambil mengambil buku tugas milik Ikhsan. “Udah dong, hebat kan gue ?” Ikhsan mengangkat kerahnya bajunya dengan rasa percaya diri.
“Tapi gue kok gue kurang yakin ya kalau ini lo yang ngerjain. Ah pasti lo nyontek kan ? Kesiapa sih ?” Ardi semakin penasaran.
“Hahaha yaialah Di, ini tuh Dira yang ngerjain.”
“Masa sih ? Coba buktiin.” Ardi menyuruh Ikhsan agar Dira bisa menjelaskan jawaban itu kepadanya.
“Ra, gue nggak ngerti nih jelasin dong.” Kata Ikhsan.
“Sabar dong, gue juga nggak ngerti tauk !” Seketika Ami menengok kebelakang.
“Bentar ya San, gue ngajarin Ami dulu nih.” Jawab Dira.
Ardi hanya diam dan menatap punggung Dira, dia masih tidak percaya bahwa Dira yang ada dihadapannya saat ini adalah Dira yang sering melakukan hal – hal konyol. Setelah menjelaskan kepada Ami dan teman – temannya, Dira menghadap kebelakang dan matanya bertabrakan dengan Ardi. Oh no! jantung Dira berdetak begitu cepat dan Dira mulai susah untuk bernafas.
“Ra, cepet dong ajarin gue.” Suara Ikhsan menghentikan semua adegan ini.
“Iya, San. Nih yang nomor satu caranya gini.” Dira menjelaskan panjang lebar kepada Ikhsan.
Selama Dira menjelaskan, Ardi juga ikut mendengarkan tetapi tidak terlalu jelas karena fikiran Ardi sedang kacau sekarang.
“Kalau di lihat – lihat Dira tuh manis juga ya.” Batin Ardi sambil terus memperhatikan wajah Dira.
Seakan bisa mendengarkan isi hati Ardi, Dira pun segera bangkit dari tempat duduknya.
“Udah ya San, ntar lagi. Gue mau ke kamar mandi dulu.” Dira pun meninggalkan Ikhsan yang masih sibuk dengan soal itu.
Dira tidak pernah bermaksud untuk sombong atau ingin semua orang tau kalau dia bisa, tetapi dia hanya ingin mewujudkan cita – citanya menjadi dokter spesialis yang bisa membantu orang – orang yang kurang mampu. Maka dari itu dia harus bisa selalu berprestasi.
#4#
Dira sedang duduk di koridor depan kelas, tiba – tiba ada anak kecil datang dan meminta satu novel yang ada di tangannya, walaupun saat itu Dira sedang memegang tiga novel tetapi dia tidak rela jika salah satu novelnya ia berikan kepada anak tersebut. Karena Dira tidak juga memberikan novelnya, anak kecil itupun mengambil novel tersebut dengan cara paksa.
“Eh balikin novel gue dong.” Dira terus berlari mengejar anak kecil tersebut ke dalam kelasnya sambil berteriak.
Anak kecil itu terus meledek Dira sambil menjulurkan lidahnya, tetapi tidak berapa lama kemudian dia berhenti dan memberikan novel tersebut kepada seorang lelaki yang kini ada dihadapannya. Setelah mengambil novel tersebut, lelaki itupun berjalan keluar kelas tetapi Dira memanggilnya dan meminta novel itu.
“Hei, itu novel gue. Balikin dong.” Pinta Dira kepada lelaki tersebut.
Lelaki itu berbalik badan dan menghampiri Dira. OMG, lelaki itu adalah Ardi ! Dira tidak menyadarinya karena memang dia hanya memikirkan novelnya.
“Kamu mau ini?” Tanya Ardi sambil menunjukkan novel itu ke depan wajah Dira.
“Iya itu novel gue, cepet balikin.” Kemarahan Dira sudah memuncak.
“Kenapa sih kamu selalu sinis sama aku?” Tiba – tiba saja Ardi bertanya seperti itu seakan dia menyerah dan dia berharap Dira memperbaiki sikapnya itu.
Dira hanya bisa terdiam
“Ra,Ra, bangun. Udah jam 5. Jangan sampe kamu telat sayang.” Ucap Mamah sambil mengetuk pintu kamar Dira.
“Iya mah, ini Dira mau mandi.”
“Syukurlah cuma mimpi. Eh tapi gue kok mimpiin dia lagi sih? Ah baru dua kali, bodo amat deh.” Kata Dira sambil menuju kamar mandi.
*****
Hari ini Dira mendapat giliran duduk dibelakang, ia paling males kalo udah duduk dibelakang karena selain ngantuk juga kadang suara guru nggak kedengeran sama sekali. Dira terus saja memikirkan mimpinya semalam, semakin hari sikap Ardi juga semakin aneh terhadapnya, seperti pagi ini. Saat ia baru saja tiba di kelas, Ardi sudah menyakan tugas padanya. Padahal sebelumnya Ardi nggak pernah bersikap seperti ini.
“Ra, gue liat tugas matematika dong.” Ucap Ardi
“hah? Hemm, tugas ya? Sebentar.” Jawab Dira dengan gugup.
“aduhh, gue kenapa sih? Kok diliatin Ardi aja langsung speechless!” Kata Dira dalam hati.
“Ra? Kok bengong sih? Cepetan, nanti keburu bel.”
“Iya, bawel banget sih. Ini bukunya, awas jangan di corat – coret, jangan kotor, jangn sobek, jangan…”
“Iya bawel!” Ardi langsung mengambil buku yang ada ditangan Dira dan langsung duduk disebelah Dira untuk mengerjakan tugasnya.
“Eh minggir dong, gue mau duduk nih.” Tiba – tiba Ami datang dan segera mengusir Ardi dari tempat duduknya.
“iya bentar lagi, lo duduk ditempat gue dulu deh.” Jawab Ardi
“Ah rese lo, emang lo fikir cuma lo yang boleh nyontek ke Dira? Gue juga belum ngerjain tugas!” Ami semakin marah.
“Udahlah Mi, jangan marah – marah, kan masih pagi. Mending lo duduk ditempat gue dulu aja deh ya, biar gue yang duduk ditempatnya Ardi.” Ucap Dira
“Lo sih datengnya telat mulu, makanya kalo mau nyontek datengnya pagi!” Cetus Ardi.
Ami tidak menghiraukan perkataan Ardi dan langsung duduk ditempat Dira. Tidak berapa lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Dan pelajaran petama yaitu Bahasa Jepang.
“Ohayou gozaimasu” Ucap Bu Sri dengan bahasa jepang tetapi logat jawa.
“Ohayou gozaimasu” Seisi kelas menjawab sapaan Bu Sri, walaupun tidak semuanya tau apa artinya itu.
“Ok anak – anak, kita masuk ke pelajaran pertama yaitu perkenalan. Dalam bahasa Jepang perkenalan yaitu hajimemashite. Karena kalian belum punya bukunya, sekarang tulis dulu aja ya.” Jelas Bu Sri.
Bu Sri mulai menulis, karena tulisannya kecil – kecil dan kurang jelas, sebagian siswa yang duduk dibelakang maju kedepan. Tapi kenapa Ardi malah pindah duduk kebelakang? Ups, disamping Dira! Ya tepat disamping Dira.
“Kenapa sih ni orang aneh banget? Jelas – jelas duduk ditempat dia lebih jelas tulisannya.” Ucap Dira dalam hati. Seakan bisa mendengan suara hati Dira, Ami pun membentak Ardi
“Eh Di lo ngapain sih pindah kesini? Dari tempat lo kan lebih jelas tulisannya!”
Ardi diam saja dan tetap menulis. Dira mulai merasakan perasaan itu lagi, perasaan yang harusnya tidak boleh terjadi. Karena merasa tidak tahan dengan degup jantungnya yang terus berdetak dengan cepat, maka Dira memutuskan untuk pindah kedepan.
Akhirnya bel istirahat berbunyi, Dira yang dari tadi sudah menahan haus pun berniat mengajak Ami ke kantin. Tapi saat Dira berbalik, ternyata Ardi masih berada di kursinya. Dira mengurungkan niatnya untuk mengajak Ami.
“Ah kenapa sih tu orang diem mulu di kursi gue?” oceh Dira ketika ia sampai di kantin.
“Hi, sendirian aja. Nggak ngajak – ngajak gue ke kantin. Dari tadi tuh gue nyariin lo tau!” Ami mulai marah karena merasa ditinggalin sahabatnya.
“gue males mi kalau terus – terusan deket Ardi.”
“Eh tapi ra, kalau menurut gue, kayaknya Ardi suka deh sama lo.” Tebak Ami
“Ah nggak mungkin banget. Dia tuh seleranya tinggi. Lo tau kan dia suka sama Lia anak kelas X3? Lia tuh cantik banget, beda sama gue.” Jawab Dira
Yah.. memang tampang Dira bisa di bilang pas – pasan, dulu sih waktu SD dan SMP masih tergolong cantik, tapi sekarang? Hm, tetep cantik sih, cuma agak berkurang sedikit, sedikit doang kok.
“atau jangan – jangan lo yang suka sama dia?” kata Ami
“hah? Gue suka sama Ardi? Impossible! Lo tau kan selera gue gimana?”
“Rio? OMG! Lo masih berharap sama cowok itu?”
Dira cuma bisa menggeleng. Rio cinta pertama Dira, cowok manis, berhidung mancung, berkulit putih, dan senyum yang luar biasa mengagumkan. Makanya nggak heran kalau sampai sekarang Dira masih mengharapkannya. Dulu Rio sering banget menghubungi Dira, tapi semenjak tetangganya yang juga menyukai Rio dan berusaha menjauhkan Rio dari dira, Rio jadi nggak pernah menghubungi dira lagi.
“nggak taulah, itu masa lalu.” jawab dira lemes
“nah makanya lo harus dapet yang lebih baik dari Rio, lo harus buktiin ke dia kalau lo nggak butuh dia, lo pasti bisa dapet yang lebih dari dia.” Ami berusaha memberikan semangat kepada sahabatnya.
“jadi menurut lo ardi itu lebih baik daripada Rio?” Tanya dira
“ya nggak juga sih hehehe” jawab ami sambil cengengesan
“hahaha makanya nggak usah sok bijak.”
Bel masuk berbunyi dan mereka segera kembali ke kelas.
“mi, besok gue nggak masuk ya.” Kata Dira ketika berjalan menuju kelas
“emang lo mau kemana?”
“ada acara keluarga di puncak.”
“ohh.. jangan lupa oleh – olehnya yah”
“ah elu makanan mulu dipikirin.”
“hehehe”
bersambung....

Senin, 22 Agustus 2011

SHS 5 Karawang's birthday :)

Alhamdulillah OSIS/MPK angkatan 2009/2010 bisa melaksanakan "syukuran ulang tahun SMAN 5 Karawang" yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya :D akhirnya kerja keras kita membuahkan hasil :) sayang kalian semua cemanceman osis/mpk 2009/2010 :*

smashblast sehari xD


widihh smashblast sehari nih haha :D ternyata bukan cuma gue yang kurang tertarik sama sm*sh, semua temen gue yg ikut kesana juga kurang tertarik haha alhamdulillah yah *gaya syahrini

hem, awalnya sih bosen banget, apalagi pas personil smashnya dateng. wuahh rame banget, sampe keinjek injek gue ckck apalagi pas si smashnya nyanyi yg di belakang pada maju semua, rusuh gilee -___- yaudah gue sama temen2 gue kebelakang aja foto2 sendiri wkwk

eh ternyata ada sesi foto2 bareng personilnya loh haha ya walaupun kurang tertarik tapi ngeksis dikit boleh kan ? hehe mana gue kebagian nomer 1 lagi, gue kira fotonya berdiri gitu di samping personilnya eh taunya duduk di depannya, mana di depan muka gue kamera semua ckck udah gitu fotonya cuma beberapa detik eh langsung di usir haha
wah ternyata nih, mereka sombong sombong! untung gue nggak ngefans sama mereka haha tau nama2nya juga nggak ckck

but over all i'm so happy because i got new experience :D

Sabtu, 30 Juli 2011

Bekal Sukses Itu Bernama "PD"

Ditulis oleh: Anne Ahira

Teman,

Masalah krisis kepercayaan diri (krisis
PD) seringkali menjadi salah satu
masalah klasik yang dialami oleh
sebagian orang.

Meski kelihatannya sederhana, namun
jika dibiarkan berlama-lama, krisis PD
bisa jadi bumerang tersendiri. Salah
satunya, potensi yang ada dalam diri
kita akan terhambat.

Sekarang mari kita ulas sejauh mana
pengaruh kepercayaan diri bisa
mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Saat menghadiri seminar atau sebuah
pertemuan misalnya, banyak di antara
kita yang lebih nyaman memilih tempat
duduk di belakang ketimbang di depan.

Alasannya kadang sederhana.. "takut
ditanya sama si pembicara". lol

Namun saat seminar sudah dimulai, yang
duduk paling belakang seringkali jadi
tidak begitu kelihatan atau terdengar
dengan baik apa yang dibicarakan oleh
si pembicara karena terhalang oleh
mereka yang duduk di depan!

Pernah merasa seperti itu? :-)

Atau saat kita masih berstatus pelajar,
apakah kita termasuk yang malu-malu
untuk angkat tangan dan memberikan
jawaban yang sebenarnya kita tahu atas
pertanyaan yang ditanyakan guru kita? :-)

Sekarang, mari kita cari tahu apa saja
yang menyebabkan orang suka minder atau
kurang PD! Berikut beberapa alasannya:

1. Sering berpikir yang 'tidak-tidak'
tentang diri mereka!

"Coba kalau aku tinggi, aku mau dong
jadi model terkenal seperti Luna Maya!
...Tapi sayang, aku nih pendek & item,
gigiku gondrong lagi!!"
** lol, kasihan amet... hehe

Teman, jangan pernah memandang
sebelah mata terhadap diri kita. Semua yg
kita miliki adalah anugerah Tuhan yang pasti
ada manfaatnya.

2. "Takut Salah" bisa membuat kita
tidak maju.

Jika kita selalu takut salah dalam
melakukan sesuatu, maka pastinya kita
tidak akan pernah bisa berhasil.

Janganlah kalian takut salah! Karena
kesalahan sebenarnya adalah langkah
awal menuju keberhasilan.

Tokoh-tokoh besar dunia yang
penemuannya sekarang kita nikmati,
dulunya mereka banyak melakukan
kesalahan. Namun, mereka terus dan
terus mencoba untuk memperbaiki
kesalahannya hingga tercipta sebuah
penemuan yang besar, seperti lampu
pijar, pesawat terbang, Google :-)

Dan masih banyak lagi yang lain!
Oleh sebab itu, jangan pernah takut
salah!

3. Jika kita bergaul dengan pengecut,
otomatis kita juga akan jadi pengecut

Teman, pergaulan bisa mempengaruhi
kepribadian kita. Jika kalian berada di
lingkungan yang mayoritas tidak punya
rasa PD tinggi, maka jangan harap kalian
bisa PD.

Yakinlah, sedikit banyak, PD kita
sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana kita berada. Oleh sebab itu,
pandai-pandailah mencari teman atau
pergaulan yang memiliki kepercayaan
tinggi.

kalian juga pasti pernah mendengar
istilah "Jika ingin kaya, bergaulah
dengan orang-orang kaya".

Maksudnya, bukan berarti kalau kita
tidak punya uang bisa bersandar pada
mereka dan pinjam uang! :-) Tapi tujuan
kita adalah bisa menyerap 'cara
berpikir' mereka yang bisa membuat
mereka menjadi kaya!

4. Tidak perlu terpengaruh pendapat
orang lain

Kita seringkali terpengaruh dengan
pendapat orang lain. Sayangnya, tidak
semua pendapat itu benar. Pendapat atau
masukan dari luar boleh saja kita
tampung. Tugas kita adalah *mengolahnya*,
sekaligus untuk evaluasi diri.

Jika ada pendapat yang justru membuat
kalian menjadi mundur dan tidak
berhasil, maka kalian perlu menolaknya,
tanpa perlu terpengaruh oleh pendapat
itu.

Singkat kata, hilangkan jauh-jauh rasa
minder dalam diri kita. kalian tidak
perlu resah dengan kekurangan yang ada.
Jika ada melakukan kesalahan, tinggal
perbaiki kesalahan yang kalian buat, dan
jadikan kesalahan itu sebagai pengalaman.
The last but not least...
Selalu perkaya diri kalian dengan ilmu
.
Karena dengan memiliki banyak ilmu,
otomatis kekurangan kita dalam hal lain bisa
tertutupi oleh kelebihan lain yang kita miliki!

Teman, begitu banyak orang yang tidak
menyadari 'sleeping giant' dalam
dirinya. Potensi dahsyat dan besar yang
acapkali diabaikan oleh alam pikirannya
sendiri, yaitu perasaan minder!

So, percaya dirilah Teman! Agar semua potensi
dahsyat yang kalian miliki *keluar* dan
tidak lagi terhambat! :-)

Minggu, 17 April 2011

my first novel :)


Begining of dreams

#1# Sial !

“ Dira .. cepat bangun ! udah siang nih.” Ucap mamah sambil menggedor-gedor pintu kamar Dira.

“Iya mamah, aku udah bangun nih.” Jawab Dira sembari mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

“Cepat ya sayang, papah udah nungguin tuh di bawah.”

“Iya mah.”

Setelah itu mamah Dira menuju ke meja makan.

Dira adalah anak tunggal dari pasangan Handoyo Amir Sastrowiharjo dan Saskia Aulia Sastrowiharjo, dia baru saja lulus sekolah menengah pertama dan saat ini bersekolah di salah satu sekolah favorit di ibu kota. Dira adalah gadis manis yang cerewet dan sangat pandai bergaul sehingga ia memiliki banyak teman.

“Dira..lama banget sih kamu mandinya. Udah jam 7 kurang 15 menit tuh.” Mamah kembali ke kamar Dira.

“MasyaAllah aku ketiduran di kamar mandi, iya mah sebentar lagi.” Sahut Dira.

Dira segera mandi dan memakai seragam, setelah itu ia turun ke bawah, di bawah papahnya sedang gelisah karena sudah telat ke kantor.

“Aduhh pah , maaf ya . Tadi Dira ketiduran di kamar mandi.”

“Kamu tuh ada-ada aja yah, yasudah cepat masuk ke dalam mobil, dan kamu sarapan saja di mobil.”

“Sarapan di mobil ? yaudah deh.”

Dira paling nggak nyaman kalau sarapan di mobil, bayangkan saja papahnya tidak pernah membawa mobil dengan kecepatan di bawah 100km/jam.

“Sial banget sih gue hari ini, udah telat bangun, ketiduran di kamar mandi, sarapan di mobil pula. Ya Allah semoga aja kesialan gue nggak nambah lagi, amin.” Ucap Dira dalam hati.

“Pah pelan – pelan dong bawa mobilnya, nanti aku keselek nih.” Keluh Dira.

“Kalau pelan – pelan kapan nyampenya sayang ? kamu sih telat, jadi papah buru – buru gini deh.”

“Lho kok aku yang di salahin sih, uhuukk.uhukk.” Dira terbatuk.

“Makanya jangan berbicara sambil makan.”

Dira tidak segera menjawab, ia cepat – cepat mengambil air minum dan meminumnya.

“Tapi ini juga karena papah ngebut – ngebut tauk !”

“Ya papah kan ngebut juga biar kamu nggak telat sekolah, liat tuh udah jam berapa !” Sambil menunjuk ke arah jam yang ada di mobil.

“Hah ? jam 7 kurang 3 menit ? astaghfirullah, ayo pah cepetan !”

“Tadi aja minta pelan sekarang minta cepet.”

“Hehe,maaf ya pah . yaudah sekarang ngebut aja deh.”

Dira memang terkadang telmi alias telat mikir , maklum anak yang selalu di manja memang cenderung bersifat kekanak – kanakan , tapi sebenarnya Dira anak yang cerdas loh.

*****

Sesampainya di dekat sekolah Dira melihat pak satpam sudah bersiap untuk menutup pintu gerbang, dan Dira sudah bersiap mengambil langkah seribu, setelah pamit kepada papahnya, Dira segera lari menuju pintu gerbang.

“Aduuhh mampus nih gue kalau harus telat, hari ini kan hari pertama gue masuk sekolah.” Ucap Dira.

“Pak.. pak.. jangan di tutup dulu dong.” Teriak Dira dari kejauhan.

Tapi sepertinya satpam itu tidak mendengar teriakan Dira, ia terus saja ingin menutup pintu gerbangnya. Dira pun terus berlari sambil berteriak dan tidak melihat keadaan sekitar.

Gubrraakkk.. suara tabrakan antara dua orang manusia yang membuat si satpam tertawa lebar.

“Hahaha ada – ada aja anak muda jaman sekarang.”

“Aduuhhh.. sakiitt banget, bapak gimana sih udah tau aku jatuh malah di ketawain, bukannya di bantuin, aduuuh, pinggang aku retak deh mana baju aku kotor semua, arrgghh sebel banget.” Keluh Dira panjang lebar.

“Bawel banget sih lo.” Ucap laki – laki yang menabrak Dira tadi.

“Eh maksud lo apa ? lo kan yang nabrak gue, harusnya lo itu minta maaf bukannya ngatain gue, dasar manusia aneh.”

Laki – laki itu hanya menatap Dira dengan raut wajah yang heran.

“Kenapa lo diem ? nggak berani hah ? Dira melanjutkan.

“Hei kalian cepet masuk, mau tak tutup nih gerbangnya.” Ucap pak satpam yang sedari tadi hanya melihat mereka.

“Sebentar pak, emosi nih.” Ucap Dira

“Iya pak saya juga mau masuk nih.” Kata laki – laki itu sambil membereskan bajunya dan menuju ke gerbang.

“Eits enak aja, lo harus tanggungjawab dulu, pinggang gue sakit nih, baju gue juga kotor, masa sih gue ke sekolah pake baju sekotor ini.” Kata Dira sambil menghalangi laki – laki itu.

Karena mereka tidak juga masuk, akhirnya pak satpam yang bernama suparjo itu pun menutup pintu gerbang.

“Lo tuh bisu atau apa sih ? nggak bisa ngomong ? lo nggak denger gue ngomong apa ?”

“Liat tuh di belakang lo.” Kata laki – laki itu.

“Ya ampuunn, gerbangnya udah di tutup, tamat deh gue. Baru hari pertama aja udah telat. Ini semua gara – gara lo tauk ! eerrrggh.” Omel Dira.

“Pak satpam yang baik hati, ganteng, nggak sombong dan rajin menabung bukan dong pintu gerbangnya, ayolah pak. Aku janji deh nggak akan telat lagi.” Ucap Dira sambil menggedor – gedor pintu gerbang sekolah.”

Laki – laki itu tidak menghiraukan semua ocehan Dira, dia begitu saja meninggalkan Dira yang sedang berusaha merayu pak Suparjo.

“ Eh cowok gila, mau kemana lo ? Enak banget lo ninggalin gue disini, sialan !” Omel Dira.

Tetap saja laki – laki itu berjalan meninggalkan Dira, Dira pun mengejarnya dan mengikutinya.

“Cepet banget sih jalannya ? Mau kemana lo ? Mau bolos ? Ah kalo lo bolos gue nggak mau ikut deh, tapi gue mau kemana coba. Huh, semua ini gara – gara lo tau nggak . Yah, amazing deh buat hari ini kesialan gue lengkap kap kap karena ketemu lo !” Ucap Dira panjang lebar.

Laki – laki itu hanya melirik Dira, raut wajahnya tampak heran melihat tingkah laku Dira yang over aktif itu.

“Ngomong – ngomong lo kok diem terus sih ? Lagi puasa ngomong ya ? Atau lo lagi demo nggak ngomong demi naiknya uang saku lo ? hahaha apa banget sih gue J.”

Saat Dira sedang mengoceh sendiri, laki – laki itu pun memanjat tembok yang ada di sebelahnya, untunglah tembok itu tidak terlalu tinggi sehingga Dira pun mengikutinya walaupun dengan susah payah karena dia memakai rok.

“ Thanks ya, ya walaupun gue telat gara – gara lo tapi lo bertanggungjawab juga udah ngasih tau gue jalan kedua buat masuk ke sekolah, tapi tetep aja lo nyebelin karena lo nggak mau minta maaf.” Kata Dira setelah memanjat tembok.

Lagi – lagi ucapan Dira di abaikan oleh laki – laki itu, setelah dia merapikan bajunya yang agak berantakan akibat memanjat tembok, laki – laki itu pun meninggalkan Dira dan segera mengikuti upacara pembukaan yang daritadi sudah berlangsung di lapangan.

“Heh heh lo mau kemana ? Yah gue di tinggalin deh, baru aja di puji udah bertingkah, ah sumpah nyebelin banget sih tuh cowok.” Teriak Dira sambil setengah berlari.

Dira pun segera baris di lapangan walaupun kelihatannya upacara pembukaan itu akan segera berakhir. Dira mengambil barisan paling belakang, dan dia baris bersebelahan dengan laki – laki itu.

“ Ya Tuhan ketemu lo lagi ? lo anak baru juga ? gue kira kakak kelas. Lo ..”

“ Sssssttttttt.” Semua orang yang di depan dan disamping Dira menatapnya dengan tatapan yang menjengkelkan dan laki – laki itu mentertawakannya.

“ Ok gue diem !” Ucap Dira dengan perasaan yang jengkel.

Dira memang tidak bisa menghentikan kebiasaan cerewetnya itu, kalau tidak ada yang memarahinya dia pasti akan terus mengoceh.

*****

Setelah beberapa menit Dira baris, upacara pun selesai. Tetapi Dira tidak mengetahui informasi apapun, mau bertanya juga dia tidak mengenali siapapun.

“ Yah, gue mau kemana ya ? gue kelas apa ya ? aduuh, mana kelasnya banyak lagi ! udah deh gue masuk ke kelas itu aja.” Dira menuju kelas X.2. Setibanya di kelas X.2 , hanya ada satu kursi yang kosong untuknya.

“ Hei, geser dikit dong. Boleh kan gue duduk disini ?” Tanya Dira kepada orang yang duduk di kursi paling belakang.

“ Iya silahkan.” Jawab orang itu ramah.

“ Gue Dira.” Sambil mengulurkan tangannya.

“ Ami.” Membalas uluran tangan Dira.

Beberapa saat kemudian bel pun berbunyi, dan seorang guru yang memakai rok berwarna biru dan kemeja berwarna putih masuk ke kelas X.2.

“ Pagi anak – anak.” Sapa guru tersebut.

“ Pagi bu.”

“ Perkenalkan nama ibu, Sinta Citra Kusuma Adyodiningrat. Panggil saja ibu Sinta. Ibu adalah wali kelas kalian. Sebagai wali kelas ibu ingin mengetahui dulu nama – nama kalian. Hhm, Angga Pratama ?”

“ Ada bu.”

“ Ardian Rizki ?”

“ Ada bu.”

“ Ardira Angkasa Putra?”

Semua terdiam, tidak ada yang menjawab. Itu menandakan bahwa nama yang di sebut oleh bu Sinta tidak hadir sekarang. Tetapi Dira heran kenapa nama depan orang itu begitu mirip dengan namanya.

“ Ok, berarti tidak ada. Selanjutnya Cintia Novitasari ?”

Setelah beberapa saat bu Sinta pun selesai mengabsen.

“ Ada yang belum tersebut namanya ?” Tanya bu Sinta.

“ Saya bu.” Dira mengangkat tangannya.

“ Siapa nama kamu ? Memang kamu benar di kelas ini ?”

“ Nama saya Adira Amalia Sastrowiharjo. Ii.. iya bu, iya bu saya di kelas ini, bener kok. Soalnya tadi pas saya baris di lapangan nama saya di sebutkan di kelas ini.” Jawab Dira berbohong.

Tiba – tiba ada seorang guru laki – laki bersama dengan seseorang laki – laki di belakangnya. Ups, laki – laki itu adalah laki – laki yang tadi pagi berurusan dengan Dira.

“ Permisi bu Sinta, ini ada murid yang nyasar ke kelas saya. Apakah seharusnya dia di kelas ini ?” Tanya guru laki – laki yang biasa disapa pak Andri.

“ Siapa namanya pak ? kebetulan di sini ada satu orang yang tidak ada.”

“ Ardira Angkasa Putra bu.”

Dira kaget sekali ketika mendengar orang yang namanya nyaris sama dengannya itu adalah orang yang di temuinya tadi pagi.

“ Oh, iya dia memang seharusnya di kelas ini pak.”

“ Bu, hhm, sebenarnya saya juga nyasar di kelas ini, saya nggak tau saya di kelas mana.” Kata Dira jujur.

“ Huuuuuuu.” Semuanya menyoraki Dira.

“ Sudah diam kalian. Ya ampun Dira, kenapa nggak bilang daritadi.”

“ Memang nama kamu siapa ?” Tanya pak Andri.

“ Adira Amalia Sastrowiharjo pak.”

“ Ya ampun, jadi kalian ini tertukar, kamu seharusnya ada di kelas bapak, Dira.”

“ Jodoh kali pak hahaha.” Celetuk seseorang.

Seisi kelas pun tertawa.

“ Sudah – sudah , lebih baik kamu Ardi segera duduk, dan kamu Dira segera masuk ke kelas kamu.”

Dira pun menuju kelas X.1 yang bersebelahan dengan kelas X.2.

“ Silahkan kamu duduk disebelah situ.” Ucap Pak Andri seraya menunjuk kearah kursi yang kosong.

“ Terimakasih pak.”

Dira segera menuju kursi tersebut, semua mata memandang Dira aneh. Mungkin karena Dira berpakaian sangat berantakan dan kotor akibat insiden tadi pagi.

“ hhmm, Dira.” Ucap Dira seraya menyodorkan tangannya kepada perempuan cantik disampingnya.

“ Inne , salam kenal ya.” Jawab perempuan itu.

“ Gue duduk sama lo nih, berarti kita bersahabat ya Inne ?”

“ Iya sip, gue juga senang kok punya sahabat kayak lo. Oy, kok baju lo kotor gitu sih ? abis kecipratan mobil ya ?”

“ Nggak, tadi gue tabrakan sama cowok aneh, terus gue jatuh deh ke air yang kotor dan alhasil baju gue kotor.”

“ Dira, Inne, jangan ngobrol sendiri kalian, perhatikan bapak bicara.” Bentak Pak Andri.

“ Eh iya pak.” Jawab Dira dan Inne.

*****

Bel istirahat pun tiba, semua anak keluar kelas karena tidak tahan dengan atmosfer dikelas yang terasa panas. Begitupun Dira dan Inne yang segera menuju kantin.

“ Ne lo mau apa ? biar gue yang bayarin deh, kan kita baru resmi jadi sahabat.” Ucap Dira

“ Hhm apa aja deh asal lo ikhlas.” Jawab Inne.

“ Ok, tunggu sebentar ya.”

Beberapa menit kemudian Dira kembali dengan membawa dua mangkuk bakso dan dua es jeruk, tetapi tiba – tiba dari arah yang berlawanan ada seorang laki – laki yang berjalan tergesa – gesa menuju arah Dira.

“ Yaampun, tambah kotor kan baju gue.”

“ Eh, sorry ya, gue nggak sengaja. Gue lagi buru – buru nih. Sini gue bantu.” Ucap lelaki itu.

Saat mereka bertatapan, seperti ada magnet yang membuat Dira tidak berkedip sedikit pun melihat laki - laki itu. Dan sepertinya memang mereka pernah bertemu sebelumnya.

“ Lo ?” Ucap Dira dan Ardi serentak.

“ Lo tuh emang bawa sial tau nggak ? udah tadi pagi gue telat karena lo, salah kelas karena lo, dan sekarang lo malah ngebuat baju gue tambah kotor. Rese banget sih lo.”

Dira terus saja berbicara tanpa memperdulikan orang sekitarnya yang melihat dia dengan Ardi.

“ Kenapa diem ? Lo nggak berani sama gue ? tanggungjawab nih. Sumpah sial banget gue hari ini ketemu lo.”

Ardi tetap diam seribu bahasa melihat Dira yang memarahi dirinya habis – habisan, bukannya ia mengalah dengan cewek ini, tetapi entah mengapa diam – diam dia mengagumi cewek yang ada dihadapannya saat ini.

“ Ada apa Ra ?” Tanya Inne yang segera membantu Dira.

“ Ini nih cowok rese yang tadi gue ceritain.”

“ Udalah Ra, sekarang kita ke kamar mandi aja deh bersihin baju lo yang semakin kotor itu.”

Dira dan Inne meninggalkan Ardi yang masih terpaku di tempat, Ardi merasa ada getaran hebat dalam hatinya saat dia bertemu dan berbicara dengan Dira, tetapi dia selalu melawannya karena ia memang tidak ingin hal itu terjadi.

Sementara bagi Dira lengkap sudah penderitaannya hari ini, mulai dari bangun telat, tabrakan sama laki - laki aneh, bajunya kotor, manjat tembok, nyasar ke kelas orang, dan yang lebih parah, malu di teriakin oleh teman sekelas gara – gara tertukar kelas oleh laki – laki yang namanya nyaris sama dengannya.

#2# 1st Dream

“ Dira, gue nyaman banget dekat sama lo gini.” Ucap Ardi sambil memegang tangan Dira

Mereka pun tertawa bersama, Ardi terlihat sangat bahagia tetapi Dira tampak bingung.

“ Gue mau selamanya dekat sama lo Ra, lo harus janji jangan pernah ninggalin gue ya.”

Dira tidak menjawab, ia masih bingung mengapa Ardi begitu baik kepadanya padahal kemarin Ardi sangat tidak peduli kepadanya, apalagi ini di kelasnya, berani – beraninya Ardi masuk ke kelasnya saat jam pelajaran. Namun, tiba – tiba Ardi menampar pipi Dira.

“ Aww, sakit tauk.” Pekik Dira sambil memegang pipinya.

“ Dira, Dira, Dira bangun sudah sore ! cepat mandi, anterin mamah belanja.” Ucap mamah Dira yang menepuk – nepuk pipi Dira.

“ Hah ? Ada apa amah ?” Jawab Dira kaget melihat Ardi berubah menjadi mamahnya.

“ Kamu mimpi apa sih ? Sampe segitunya ngeliat mamah.”

“ Nggak kok mah, yaudah Dira mandi dulu ya.”

“ Ya, mamah tunggu dibawah.”

Mamah Dira pun pergi meninggalkan kamar Dira, sementara itu Dira masih mencoba mengingat mimpinya tadi. Dia masih tidak percaya dengan mimpinya itu, mimpi itu seperti nyata dan yang membuat Dira shock adalah perubahan sikap Ardi kepadanya.

*****

Hari masih gelap dan matahari masih malu untuk mengeluarkan sinarnya begitu juga Dira yang malas sekali untuk beranjak dari tempat tidurnya.

“ Ra, cepat bangun. Jangan telat lagi seperti kemarin.” Teriak papah Dira.

“ Iya pah, ini juga udah mau mandi.” Jawab Dira.

Kali ini Papah Dira langsung yang membangunkan anak kesayangannya itu, karena ia yang ingin Dira menjadi anak yang manja dan malas. Setelah mandi dan sholat subuh, Dira segera sarapan karena ia tidak ingin sarapan di mobil.

Saat berjalan di koridor menuju kelasnya Dira melihat Ardi sedang berkumpul dengan temannya, ia teringat kembali mimpinya bersama dengan Ardi. Melihat sikap Ardi yang sangat dingin itu rasanya tidak mungkin kalau mimpinya akan menjadi kenyataan.

“ Ah, ngapain juga gue mikirin dia. Anggep aja cuma bunga tidur.” Dira mendengus kesal.

“ Heh, ngapain lo ngomong sendiri ? kesambet ya ?Dasar cewek aneh hahaha.”

Semua orang yang ada disitu tertawa mendengar ucapan Ardi. Dira terus berjalan dan tidak menghiraukan perkataan Ardi.

“ Huh, ternyata Ardi. Makin nyebelin aja deh. Dasar mulut banci.” Ucap Dira dalam hati.

Akhirnya Dira sampai dikelas, ia langsung duduk dan menidurkan kepalanya di atas meja dengan alas tasnya yang lumayan nyaman kalau digunakan sebagai bantal. Memang disekolah Dira semua murid pasti selalu membawa buku besar lebih dari empat setiap harinya, jadi nggak heran kalau Dira berkunjung ke tukang pijat setiap minggunya.

“ Lo kenapa Dir ? Kok muka lo bete gitu sih ?” Tanya Inne teman sebangkunya Dira.

“ Nggak apa – apa kok, cuma kurang tidur aja.” Jawab Dira bohong.

“ Oh, tapi kalau lo butuh teman curhat gue siap dengerin kok.” Tawar Inne dengan senyum manisnya.

“ Iya Ne, thanks ya.” Dira membalas senyuman Inne yang tak kalah manisnya dengan Inne.

Bel masuk pun berbunyi dan Pak Andri masuk ke kelas, tapi saat ini Pak Andri tidak sendiri melainkan dengan seorang murid perempuan berparas cantik, tinggi, langsing, dan berkulit putih cerah. Jika dilihat dari wajah dan rambutnya sepertinya dia bukan asli orang Indonesia melainkan blasteran. Semua mata menatapnya dengan takjub terutama bagi kaum adam.

“ Pagi anak – anak.” Sapa Pak Andri.

“ Pagi pak.” Anak – anak serentak menjawab.

“ Hari ini kita mendapatkan teman baru dari Australia, silahkan Laura memperkenalkan diri.” Sambil mempersilahkan murid baru itu berbicara.

“ Nama saya Laura Vanesia, panggil aja Laura. Saya pindahan dari Australia, saya pindah ke Indonesia karena mengikuti orangtua saya. Senang berkenalan dengan kalian. Apakah ada yang ingin ditanyakan ? ” Ucap Laura dengan senyum yang mempesona.

“ Rumah kamu sekarang dimana Ra ? Tanya Aldi.

“ Hobi kamu apa ? Tanya Dimas.

“ Nomor HP kamu berapa Ra ? Tanya Joni iseng.

“ Huuuuuuu.” Serentak sekelas menyoraki Joni yang memang terkenal jahil itu.

Laura hanya tersenyum melihat teman – teman barunya itu, dia tidak menjawab semua pertanyaannya.

“ Hhhm, buat pertanyaan itu nanti aja ya dibelakang, karena saya pasti akan betah bersekolah disini.” Ucap Laura sambil mengerdipkan matanya.

“ Ya benar apa yang dikatakan Laura. Baik Laura sekarang kamu duduk di ... ” Ucap Pak Andri ragu.

“ Di tempatnya Dira. Ya Dira kamu harap ikut bapak sebentar.” Lanjut Pak Andri.

“ Gue ? kok gue sih yang jadi korban.” Ucap Dira

“ Udah Ra ikut aja, daripada jadi masalah.” Kata Inne.

Dengan perasaan malas Dira pergi keluar mengikuti Pak Andri. Dia tidak habis fikir mengapa dia yang menjadi korban demi anak baru itu. Entah mengapa dia berfikir kesialan ini terjadi karena tadi pagi dia bertemu dengan Ardi, cowok pembawa sial itu. Setelah sampai diruang guru barulah Pak Andri menjelaskan semuanya.

“ Dira, sebelumnya bapak meminta maaf karena bapak tidak pernah membicarakan hal ini dengan kamu. Sebenarnya Laura itu anak donatur terbesar disekolah kita dan dia ingin masuk ke kelas X.1, sementara kamu tahu kan kalau di kelas X.1 sudah penuh dan tidak bisa menerima siswa lagi. Karena sebelumnya kamu di kelas X.2 dan memang hanya di kelas X.2 yang masih menerima siswa baru maka kamu di pindahkan ke kelas X.2.” Pak Andri berusaha menjelaskan.

Dira hanya bisa pasrah mendengar penjelasan dari pak Andri, dia tidak bisa melawannya karena dia memang bukan anak konglomerat seperti Laura. Sebenarnya Dira tidak keberatan jika memang harus pindah ke kelas X.2 , tapi yang dia cemaskan adalah dia akan selalu bertemu Ardi setiap hari.

“ Kamu tidak keberatan kan Ra ? “ Tanya Pak Andri membubarkan lamunan Dira.

“ Enggak kok pak. Yaudah saya mau mengambil tas saya dan pindah ke kelas X.2 .”

Dira segera meninggalkan ruang guru dan berlari ke kelas X.1 untuk mengambil tasnya. Dia mulai membenci Laura, Laura memang sangat keras kepala dan egois.

*****

Sepanjang jalan menuju kelas X.1, Dira menangis sesegukan. Dira tidak mengerti mengapa dia harus menangis, mungkin karena dia merasa direndahkan oleh Laura. Dira juga merasa harga dirinya sudah terinjak – injak. Sesampainya di kelas X.1 Dira langsung menuju kursinya, kebetulan Laura sedang tidak ada di tempatnya.

“ Lo kenapa Ra ?

Inne heran melihat wajah Dira yang berubah drastis. Setau Inne, Dira adalah anak yang periang dan tidak pernah serius menganggap suatu masalah.

“ Nggak apa – apa kok.” Jawab Dira sambil meneteskan air mata.

“ Ra, cerita dong sama gue. Jangan di pendam sendiri. Lo nggak nganggep gue sahabat lo ?”

Gue di suruh pindah ke kelas X.2.” Jawab Dira sambil mengambil tasnya dan melirik tajam Laura yang sedang kecentilan dengan cowok – cowok di kelas X.1.

“ Serius lo ? wah parah banget tuh anak baru.”

“ Iya, nanti deh pas istirahat gue ceritain. Yang penting sekarang gue harus pindah dulu ke kelas sebelah.”

“ Sabar ya Ra, semoga aja lo betah di kelas lo yang baru.” Ucap Inne sambil mengusap wajahnya.

“ Yaelah Ne, lo melow banget sih. Gue kan Cuma pindah ke sebelah. Lagipula kalau lo kangen sama gue lo tinggal teriak aja.”

“ Eh siapa juga yang melow, orang ingus gue meler hehe.”

“ Dih, cantik – cantik tukang meler. Eh yaudah deh gue cabut dulu ya ke X.2 . Maafin gue ya kalau selama gue duduk disini udah nyusain lo.” Dira memeluk Inne dan langsung cabut ke kelas X.2

Dira melangkah lemas menuju kelas X.2.

“ Assalamu’alaikum bu.” Kata Dira sambil mengetuk pintu kelas X.2 karena memang sedang ada guru.

“ Wa’alaikumsalam, ada apa ya ?”

“ Hmm, kata Pak Andri saya disuruh pindah kesini bu.”

“ Oh, jadi kamu yang dimaksud oleh Pak Andri tadi. Iya tadi Pak Andri sudah menjelaskan kepada ibu. Silahkan kamu mencari tempat yang kosong.”

Setelah melihat keadaan di kelas, Dira menemukan satu kursi yang memang kosong. Ups, kursi yang kosong itu tepat didepan kursi Ardi, orang yang sangat dibencinya, dan saat Ardi melihatnya Ardi tersenyum sinis kepadanya. Karena tidak ada pilihan lain, maka Dira terpaksa duduk di kursi itu. Dengan berberat hati Dira memaksakan langkahnya untuk segera duduk di kursi itu karena semua mata telah memandangnya sejak tadi. Ya ! Dira baru sadar, kalau ia pernah nyasar ke kelas ini. Dira pun segera memepercepat langkahnya.

Akhirnya bel istirahat pun berbunyi, Dira sudah ingin menemui Inne dan menceritakan semuanya.

“ Ne, gue duduk tepat di depan Ardi. Males banget Ne.” Kata Dira penuh semangat.

“ Ya terus kenapa ? Emang dia ngeganggu lo ?” Jawab Inne sambil memakan baksonya.

“ Ya nggak sih, tapi nggak tau kenapa gue nggak tenang Ne. Setiap gue ketemu dia, gue pasti mengalami kesialan. Apalagi sekarang setiap hari gue bakalan ketemu dia.”

“ Mungkin lo jodoh kali sama dia.”

“ Hah ? nggak mungkinlah. Ih, amit – amit jabang bayi.” Sambil mengusap – usap perutnya

“ Eh, nggak boleh gitu Ra. Ntar kalau beneran gimana ? Yes Dira berjodoh dengan Ardi”

Inne terus – terusan berteriak di telinga Dira

“ Arggghh, bodo gue nggak mau !” Teriak Dira sambil mencoba menutup telinganya.

“ Eh Ne, semalem gue mimpiin Ardi lho. Hhm, gue mimpi dia baik banget sama gue.” Dira malu menceritakan kejadian dalam mimpi yang sebenarnya.

“ Ya mungkin itu artinya lo bakalan dekat sama dia.” Jawab Inne dengan santai

“ Maksud lo ?”

“ Ya buktinya aja sekarang lo dipindahin ke kelas X.2, terus lo duduk tepat didepan dia lagi. Iya kan? “

“ Iya sih, wah lo bisa ngeramal mimpi Ne ? sejak kapan ? kok gue nggak tau sih ? ajarin dong Ne ! Gue sering loh dapet mimpi yang aneh, kayak ...” Mulai deh bawelnya Dira keluar, untung Inne sudah terbiasa mendengar ocehannya Dira,

“ Cuma nebak aja Ra. Eh, katanya lo mau cerita tentang si bule baru itu ?”

“ Oh iya. Hhm, kata Pak Andri dia itu anak salah satu donatur terbesar disekolah kitaloh. Jadi apapun yang dia mau ya harus dituruti. Dia cuma mau di kelas X.1, nggak mau di kelas lain. Ya jadi mau nggak mau gue yang harus ngalah.”

“ Egois banget ya orang berduit kayak gitu.”

“ Gapapalah Ne, mungkin emang udah bawaan dari orok kali ya. Hahaha”

Mereka pun tertawa bersama. Ya walaupun Dira hanya memiliki satu sahabat, tetapi dia sangat bahagia karena Inne selalu setia mendengarkan curahan hatinya. Begitu pun Inne, dia juga selalu mencurahkan isi hatinya kepada Dira.

Selama perjalanan pulang, Dira terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Inne. Kata – kata Inne ada benarnya juga, melihat apa yang telah dialaminya hari ini. Aneh tapi nyata, itulah yang terjadi. Mimpi itu seakan memberi suatu petunjuk kepada Dira.

bersambung....